Minggu, 18 April 2010

ALAT MUSIK GESEK





BAMBU, POTENSI HASIL HUTAN BUKAN KAYU SEBAGAI MEDIA KREATIFITAS SENIMAN DALAM MELAHIRKAN ALAT MUSIK BARU KHAS KOTA DEPOK









Indonesia bukan hanya dikenal akan kekayaan alamnya, tetapi juga kaya akan aneka ragam budaya. Aneka kesenian lahir dan hidup sebagai bentuk kesenian daerah dengan berbagai kekhasannya. Bambu telah lama dikenal masyarakat untuk berbagai keperluan, salah satunya sebagai alat musik tradisional. Depok, melalui kreatifitas senimannya telah mengolah bambu sebagai media dalam menemukan alat musik baru yang dapat dijadikan icon daerah Depok.



Hutan bukan hanya sebagai penghasil aneka jenis kayu dengan segala potensinya. Hutan memiliki banyak keanekaeragaman jenis potensi yang dapat dikembangkan guna mendukung perekonomian maupun pemberdayaan masyarakat di dalam maupun di sekitarnya. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) kini semakin banyak dikembangkan karena memiliki aneka potensi, dan potensi tersebut dapat berupa getah, minyak, serbuk, biji-bijian, kerajinan dan lain sebagainya. Salah satu potensi HHBK yang telah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya adalah bambu. Baik sebagai bahan bangunan, alat rumah tangga maupun sebagai bahan kerajinan dan alat musik tradisional.


Hutan dan pedesaan di berbagai wilayah Indonesia banyak ditumbuhi berbagai jenis tanaman bambu, dan Indonesia memiliki sekitar 125 jenis bambu, termasuk yang masih liar dan belum jelas kegunannya. Sedangkan jenis bambu yang dapat dibudidayakan ada sekitar 20 jenis,   seperti bambu duri, bambu andong, bambu apus, bambu betung, bambu tali, bambu hitam (wulung) dan masih banyak lagi jenis-jenis bambu tersebut tumbuh subur di negeri Nusantara ini sebagai anugrahNYA. Bambu-bambu tersebut dapat tumbuh di berbagai iklim, semakin basah tipe iklimnya makin banyak jenis bambu yang tumbuh, sebab bambu termasuk tumbuhan yang membutuhkan banyak air. Kekayaan bambu dalam HHBK memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan, bukan hanya sebagai bahan bangunan atau alat transportasi dan keperluan rumah tangga,      bambu memiliki potensi, kualitas, dan keunikan masing-masing sesuai fungsi dan kebutuhannya. Dan bambu dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuat kertas, sumpit, plybamboo, furniture dan barang-barang kerajinan atau cinderamata, dan bahan produk ini sudah menjadi komoditi ekspor.

Hasil Hutan Bukan Kayu pada beberapa tahun  terakhir memiliki peran penting dalam mendukung pembangunan kehutanan, terlebih dalam mendukung program pemerintah bidang pemberdayaan masyarakat guna meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan. Dan melalui bahan bambu, kerajinan dan karya seni dengan aneka bentuk maupun kreatifitasnya kini banyak diminati, bahkan tidak sedikit bentuk kerajinan bambu tersebut telah menembus ekspor ke berbagai negara. Maka keberadaan bambu perlu untuk dipertahankan sebagai HHBK yang berpotensi dalam mendukung pemberdayaan masyarakat di sekitarnya. Sehingga masyarakat  dapat berpartisipasi aktif dalam melestarikan habitat bambu yang ada di sekitarnya.
Berbagai bentuk musik tradisional banyak terbuat dan mempergunakan dari bahan bambu, seperti alat musik tradisional dari Jawa Barat yang terkenal yaitu Angklung dan Calung, dari NTT seperti Sasando, bahkan beberapa negara di Eropa juga memiliki alat musik yang dikenal dengan Bamboo String. Alat-alat musik tersebut memiliki bentuk berbeda-beda, nada dasar dan kemampuannya untuk bermusik pun berbeda-beda, namun semu itu telah memberikan warna tersendiri dalam kehidupan budaya masyarakat dimana alat musik itu dilahirkan.



Depok, merupakan kota yang kini sedang dalam perkembangannya, dan sejak dahulu telah diketahui sebagai salah satu daerah penghasil bambu guna memenuhi permintaan masyarakat di Jakarta dan sekitarnya. Sebagai salah satu kota dengan aneka budaya masyarakatnya, yang merupakan pendatang dari berbagai daerah dalam meniti perkembangannya sebagai kota yang baru berdiri di antara kota Jakarta dan Bogor dengan segala eksistensinya. Dengan perkembangan yang pesat, kota Depok telah banyak melahirkan tokoh  budayawan, sastrawan seperti misal WS Rendra, dan masih banyak lagi yang bermukim di kota ini hingga seniman dengan berbagai kreatifitasnya. Namun sampai saat ini belum memiliki budaya khas, yang dapat dijadikan ciri dan atau symbol daerah, tak ubahnya daerah lain yang pada umumnya telah memilki kekhususan budayanya.
Alat musik Bambu Gesek (Basek), terbuat dari bahan bambu hitam (wulung), yang kini masih banyak tumbuh di wilayah Depok. Merupakan hasil kreatifitas seniman yang sejak kecil telah bermukim di Depok, dan alat musik tersebut telah digelutinya sejak tahun 1996. Tentunya mengalami proses yang panjang dalam perkembangannya,  baik bentuk, ukuran hingga nada-nada yang sesuai untuk alat tersebut. Menurut Joko Suranto (35 th) si pencipta, alat musik dengan panjang sekitar 75 cm tersebut telah memiliki empat model dengan aneka variasi  guna menarik perhatian, baik sebagai benda seni maupun sebagai benda hias atau souvenir dari bahan bambu wulung. Hasil kreatifitas tersebut telah melalui uji coba dalam pentas di berbagai tempat dan acara. Aneka jenis musik dari klasik hingga pop dapat dimainkan oleh Joko dengan baik, dari irama lembut menyayat hingga cepat dan dinamis dalam berkolaborasi dengan alat musik guitar.  Bambu Gesek memang mirip dengan alat musik Biola dan Rebab, memiliki tiga buah senar, dimainkan dengan cara menggesek, namun memiliki nada dasar yang berbeda dari keduanya, dan Basek berada di antara keduanya, sehingga suara dan nadanya mampu menyesuaikan kedua alat musik tersebut (biola dan rebab).
Pameran Indogreen Forestry ke dua berlangsung pada tanggal 15 s/d 18 April 2010, bertempat di JHCC  Senayan-Jakarta, yang merupakan ajang tahunan dalam informasi kepada publik tentang pembangunan kehutanan dengan segala program dan kegiatannya. Kerjasama Kementrian Kehutanan dengan para pihak terkait, baik BUMN hingga swasta yang berkecimpung dalam bidang kehutanan. Dalam pameran banyak disuguhkan berbagai bentuk informasi menarik tentang segala potensi hutan dalam mendukung program pemerintah maupun perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Baik berupa kayu, jasa hingga HHBK, dan salah satu potensi HHBK tersebut yaitu bambu.
Dalam acara pembukaan pameran pada hari kamis tersebut, juga dilaksanakan pertemuan Bakohumas yang dihadiri oleh wakil-wakil dari Departemen dan Kementrian serta BUMN Pusat. Acara pembukaan pertemuan Bakohumas tersebut diisi oleh Sanggar Joker Basek Group, yang menampilkan Joko sebagai pencipta sekaligus pemain Bambu Gesek, bersama ketiga anak didiknya menyuguhkan sebuah lagu ciptaannya dengan judul Hijau Dambaan, diiringi dengan petikan guitar (Dimas) serta menghadirkan vokalis cilik (Fenia dan Icah) membuat lagu tersebut terasa hidup dalam menyampaikan pesannya kepada publik tentang hutan. Yaitu cerita hutan masa lalu, saat kini, dan hutan yang didambakan oleh semua orang di masa akan datang dalam memberikan kehidupan kepada mahluk hidup di dunia ini, dalam kelestarian yang berkesinambungan. Penampilan Joker Basek Group cukup baik dan mendapat applus dari peserta Bakohumas. Kemudian alat musik tersebut diserahkan sendiri secara langsung oleh Joko kepada Kepala Pusat Indormasi Kehutanan, yang dilanjutkan diserahkan kepada Ketua Bakohumas Pusat sebagai souvenir dari bahan bambu yang merupakan salah satu potensi HHBK dalam bentuk alat musik yaitu Bambu Gesek.
Bambu dengan segala potensinya telah memberikan inspirasi kepada Joko dalam berkreatifitas, dan melalui seni musik, bambu wulung (hitam) telah dijadikan sebagai media berekpresinya.  Hasil kreatifitas yang panjang dari seniman Depok tersebut telah melahirkan sebuah benda seni berupa alat musik gesek, yaitu sebuah alat musik yang dapat dipertanggung jawabkan, tak bedanya alat-alat musik yang telah lahir terlebih dahulu dalam mengisi budaya masyarakat di Indonesia. Dan saat ini memang baru Joko lah yang dapat memainkan alat tersebut dengan sempurna melalui berbagai irama yang dimainkannya.
Sebuah alat musik yang lahir dalam budaya Depok dengan segala keanekkaragamannya, tentunya dapat memberikan warna tersendiri bagi kota Depok sebagai kota yang kini sedang mencari identitas sebagai ciri dan atau kekhususan yang dapat dibanggakan sebagai simbol daerah beserta masyarakatnya. Apalagi alat musik berupa Bambu Gesek tersebut lahir hasil  ciptaan seniman Depok sendiri. Seorang pemuda sederhana namun penuh kreatifitas walau hanya dengan bahan bambu, tapi kiranya telah berhasil memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi daerah dan masyarakat dimana ia tinggal dan berkehidupan.
Kedudukan bambu memang memiliki peran penting dalam budaya dan kehidupan masyarakat, terlebih bagi masyarakat yang berada di pedesaan, di dalam maupun di sekitar hutan. Dan bambu memiliki nilai tersendiri dengan segala potensi maupun fungsinya, sehingga tetap bertahan dalam kehidupan yang serba global dengan berbagai teknologi modern ini. Pemanfaatannya pun semakin bervariasi dengan aneka bentuk serta fungsinya dalam mengisi kehidupan manusia. Menunjang perekonomian guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai aktifitas dengan memanfaatkan bahan baku bambu. Dengan lahirnya alat musik seperti bambu gesek di Depok diharapkan dapat memberikan peluang bagi pengrajin bambu di sekitarnya, sebagai wadah dalam memberikan lapangan kerja baru, sekaligus tempat penyaluran bagi generasi berbakat di wilayahnya dalam dunia musik melalui alat musik bambu gesek.
Dengan HHBK berupa bambu, kiranya masih banyak ide dan kegiatan yang dapat dicetuskan dan dilakukan oleh masyarakat guna menambah pendapatan. Dan merupakan tugas berat bagi para seniman maupun pihak terkait dalam pengelolaan bambu kedepan, sehingga bambu bukan hanya sekedar tanaman pelindung maupun peneduh sekitarnya, tapi dapat memberikan nilai yang lebih berarti bagi kehidupan di sekitarnya.  Lahirnya alat musik dari bahan baku bambu oleh seniman Depok, walau dengan bentuk sederhana, namun dapat merupakan sebuah warna baru dalam blantika musik tradisional maupun modern, terlebih bagi budaya masyarakat Depok. Karena alat musik seperti bambu gesek tersebut dapat berkolaborasi dengan berbagai alat musik lainnya, dan nada-nada yang dihasilkan pun dapat menyesuaikan berbagai jenis irama. Kiranya Joko telah memperhitungkan semua itu dalam ciptaannya melalui media bambu. Yang patut untuk dihargai, bahkan bagi para pihak perlu mendukung kreatifitasnya, sehingga jerih payah selama beberapa tahun ini tidak mubazir atau tertelan oleh arus modernisasi yang kini semakin gencar dengan berbagai kemajuan teknologinya, yang akhirnya berhenti dan mandul tanpa melahirkan apa-apa di hari-hari selanjutnya.
Bambu gesek memang erat dengan seniman muda asal Depok, Joko sebagai penciptanya mempunyai impian yang sebetulnya tidak muluk,  cukup sederhana, yaitu pada suatu saat nanti  bambu gesek ini dapat dimainkan dalam bentuk orchestra. Dan saat ini ia sedang merintis dengan membuka kursus kepada anak-anak berbakat untuk bermain musik dengan alat bambu gesek, gitar, dan olah vokal untuk mewujudkan cita-citanya tersebut. Satu persatu joko mendatangi murid-muridnya dengan tekun dan sabar, melatih dan memberi bimbingan kepada mereka agar dapat bermain dengan baik, sehingga pada suatu saat nanti dapat membuktikan kepada publik, bahwa dirinya memang serius dalam menciptakan bambu gesek ini sebagai alat yang berguna dan bermanfaat bagi blantika musik, khususnya pemda Depok dapat mengakui eksistensinya sebagai benda yang dapat dijadikan icon, juga merupakan benda seni dalam kehidupan budaya daerah Depok sebagai Kota  yang boleh dibilang baru muncul dan berkembang bersebelahan dengan ibu kota negara yaitu Jakarta.
Kekhasan bambu gesek memang dapat dijadikan icon kota Depok, dan pemerintah daerah melalui dinas-dinas terkait telah mengakui kemampuan alat tersebut ketika Joko mengisi acara lounching sebuah sanggar di Depok Jaya, Pancoran Mas. Perwakilan pemda kota Depok beserta tokoh masyarakat dan budayawan yang hadir memberikan applus dan kesan tersendiri dengan tampilnya Joko dengan permainan Bambu Geseknya. Terlihat hanyut dan kagum dengan nada dan irama yang terdengar dari alat musik tersebut, seolah mengakui apa yang menjadi kreatifitas seniman muda, yang telah mampu memberikan warna tersendiri bagi kota Depok. Namun tentunya bukan hanya sekedar kagum dengan apa yang dilihatnya tersebut, diharapkan adanya perhatian maupun penghargaanyang seimbang dari pemda dalam memberikan kesempatan kepada masyarakatnya yang memiliki prestasi dalam misi seni dan budaya.
Dengan diselenggarakannya pameran Indogreen Forestry tahun 2010 di JHCC telah memberikan sebuah informasi yang sangat berarti kepada publik tentang pembangunan kehutanan melalui berbagai kegiatan. Salah satu informasi tersebut melalui pegelolaan HHBK dengan bahan baku bambu yang tersaji dalam aneka produk, di sisi lain dalam bentuk alat musik bambu gesek yang didemontrasikan oleh penemunya, sekaligus sebagai souvenir dalam  pembukaan pertemuan Bakohumas.  Potensi bambu dalam HHBK kiranya masih perlu diinformasikan kepada publik, sehingga kekayaan aneka jenis bambu Indonesia dapat memberikan peran penting dalam mendukung perekonomian serta kesejahteraan rakyat ketika produk hutan berupa kayu saat ini sedang mengalami kelesuan. Jenis-jenis bambu yang telah lama dikenal dan hidup dalam budaya masyarakat Indonesia, terlihat tegar dalam rumpun habitatnya di sana, melambai dalam tiupan bayu, bambu-bambu bergesekan membentuk  alunan irama alam, di tepian sungai untuk melindungi keteduhan hingga erosinya lahan sekitar. (daniel,10)   

1 komentar: