Senin, 02 Agustus 2010

KERAJINAN BAMBU DI SANGGAR LUMBUNG

         Awalnya pada tahun 1981 aku menekuni kerajinan bambu, yaitu ketika seorang expert FAO dari negara Srilangka RAJA MANTRI GUNATILAKA mengajak bergabung untuk membantu desainer dan pembinaan masyarakat di DAS Wiroko Wonogiri. Kerajinan bambu tersebut awalnya dari negara sakura Jepang, dan secara kebetulan di Wonogiri merupakan salah satu wilayah yang banyak memproduksi bambu, maka untuk menambah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar aliran sungai Wiroko dibentuklah kelompok tani dengan kegiatan kerajinan bambu. Kegiatan tersebut memberikan pekerjaan sampingan bagi para petani setelah pulang dari ladang atau sawahnya, memberi penghasilan kepada mereka sebelum masa panen tiba, sehingga petani tetap memiliki penghasilan selain pendapatan dari pekerjaan pokoknya sebagai petani.
        Pada tahun 1989 aku lanjutkan kegiatan tersebut di wilayah Bogor guna memberi kegiatan pada kelompok karang taruna. hingga tahun 1991. Dan pada tahun 2010 kerajinan bambu tersebut aku lanjutkan pada sebuah wadah sanggar di wilayah Depok, tepatnya di Sanggar LUMBUNG berlokasi di jalan Nangka Raya (ex pemancingan TOYOSAE), Depok Jaya, Pancoran Mas. 

Kerajinan bambu di sanggar Gedek dimulai sejak akhir bulan Mei 2010, sedikit demi sedikit kerajinan bambu berjalan dengan baik berkat dukungan dari teman-teman.





Senin, 19 Juli 2010

ALAM SAHABAT SETIA

       Alam sebagai karunia dan anugrah tak terhingga dari Yang Maha Esa, memberikan segala apa yang kita butuhkan dalam kehidupan kini, esok maupun nanti. Maka sudah suatu kwajiban bagi kita sebagai manusia untuk menjaga alam tersebut tetap kan lestari agar mempunyai manfaat yang berkesinambungan.
      Negeri Indonesia mempunyai alam begitu kaya dengan berbagai potensinya, dimana potensi-potensi tersebut bila dikelola dengan benar akan memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan kita sekalian. Aneka tumbuhan dan satwa hidup dan berkembang di negeri kita yang tercinta ini, selain itu banyak memberikan keindahan ataupun jasa lain yang tidak kalah pentingnya dengan potensi satwa maupun tumbuhan yang ada.  Yang jelas alam telah menyediakan aneka manfaat yang berguna untuk kepentingan bangsa dan negara ini.
       Sebagai bangsa yang sadar akan karunia tersebut tentunya selalu berupaya berdialog dengan alam sekitarnya, karena iapun mahluk yang memiliki sebagian kehidupan seperti kita ini. Diharapkan dapat saling mengisi, dan tentunya manusia yang sudah dibekali lebih dari mahluk lain yaitu pikiran, perasaan dan kemauan. Dapat menyadari kelebihan tersebut untuk mendekat ke alam dengan segala apa yang ada di dalamnya sebagai potensi yang dapat dikelola dengan benar dan bersahabat untuk kehidupan bersama. Keharmonisan diharapkan untuk mengisi kehidupan di alam ini, sehingga keseimbangan akan selalu terjaga sesuai fungsi-fungsi yang telah ditetapkan dalam hukum alam. Sesuai ekosistem yang berlaku dalam perputaran alam itu sendiri.
         Manusia, dengan segala akalnya bahkan ambisi dan emosi bisa berbuat apa saja dengan alam di sekitarnya, yang menguntungkan dalam kehidupan manusia itu sendiri. Alam pun hanya terdiam dan menerima apa yang menjadi nasibnya oleh ulah manusia yang tentunya kurang bertanggung jawab, yang hanya mementingkan ego dan ambisi tersebut. Namun di sisi  dan waktu yang yang lain terkadang disadari akan akibat semua itu, yang dibilang ketika alam kurang bersahabat dan berakibat kepada manusia itu sendiri. Bencana alam seperti longsor, kekeringan, banjir dan masih banyak bencana-bencana lain yang disebabkan oleh alam. Dengan kejadian-kejadian tersebut, manusia hanya bisa menyebut kuasaNYA !, bahkan saling menyalahkan satu sama lain atau ada juga yang menyebutnya peringatan dari Sang Pencipta hingga ada yang menyebut itu sebuah kutukan !.  
        Semua merupakan pelajaran bagi kita semua sebagai mahluk yang telah dibekali pikiran, perasaan dan kemauan. Mengambil hikmah dari semua itu, dan berfikir jauh ke depan sana tentang apa dan bagaimana alam sekitar ini dapat memberi manfaat bagi kita semua secara berkesinambungan hingga kehidupan-kehidupan yang akan datang. Bahwa kita masih mau berfikir untuk kehidupan anak turun nanti yang tetap bersahabat baik dengan alam, karena manusia pada dasarnya tidak akan lepas begitu saja dengan kehidupan alam di sekitarnya. Bahwa alam untuk dikelola sehingga dapat memberikan manfaat bagi kita semua, baik manfaat ekologi, ekonomi dan sosial, jadi bukan untuk dikuasai dan dihabiskan potensinya sesaat kemudian mati tak membawa arti bagi kehidupan di sekitarnya maupun selanjutnya.
         Alam sahabat kita, karena dimana pun kita berada dan kemana pun kita pergi tentunya tidak terlepas dengan kehidupan alam itu sendiri. Dan kita harus benar-benar menyadari akan potensi alam yang telah memberi banyak dalam kehidupan kita ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat alam bagi kehidupan sekitar memang tidak dapat dipungkiri, alam memang sahabat setia walau jaman telah banyak berubah dengan aneka teknologi maju yang semakin berkembang dan canggih oleh kemampuan akal dan pikiran manusia. Kesetiaan alam begitu tulus dan iklas kepada kita, bahkan tidak peduli dengan apa yang sudah kita lakukan terhadap alam itu sendiri, semua terasa berjalan dengan begitu cepatnya.
        Alam, kou begitu indah dan mengagumkan, cantik menawan penuh keajaiban dan pesona yang tersimpan dalam benak keagunganmu. Dan kou tebarkan pesona itu untuk kita semua, hingga terasa nyaman, segar dan memberiku banyak inspirasi dalam menempuh perjalanan hidup maupun kehidupan ini. Terlebih untuk sebuah karya dalam kegiatan seni yang dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat di sekitarmu.
        Pemerintah dengan programnya pemberdayaan masyarakat, antara lain pengelolaan dan pemanfaatan alam dalam mendukung kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Hutan, yang kini dalam permasalahan oleh karena masa lalu memberikan banyak inspirasi dalam pemulihan kembali fungsi-fungsinya. Masyarakat yang berada di dalam dan di sekitar hutan memang sejak dulu banyak menggantungkan kehidupannya dari potensi hutan yang berada di sekitarnya tersebut. Kerusakkan selama ini memang salah satunya disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri yang tidak memperhitungkan kelanjutan lingkungan di masa yang akan datang. Memanfaatkan tanpa adanya pertimbangan terlebih dahulu secara matang dengan segala akibatnya, sehingga banyak terjadi degradasi lahan maupun deforestasi di berbagai wilayah negeri ini. Hutan semakin terpuruk saat menjelang dan mengisi abad 21, dan sorotan semakin tajam dengan apa yang terjadi dalam alam hutan kita ini, hingga pemanasan global dunia secara miring menjatuhkan vonis disebabkan oleh rusaknya hutan dan alam di Indonesia.
         Hutan Indonesia yang merupakan salah satu terluas di dunia, dan merupakan megabiodiversity dengan aneka kekayaan flora dan faunanya, mendapat musibah dengan aneka bentuk pemanfaatan yang berlebih di luar kemampuan alam itu sendiri dalam memberi kehidupan sejagat manusia. Sehingga alam mengalami kepudaran dan warna pun lembayung lesu dalam kepucatan sinar mentari.  

Rabu, 14 Juli 2010

LUAPAN HATI

SEMESTER PERTAMA SANGGAR GEDEK
      Pada bulan februari 2010 Sanggar Gedek yang berlokasi di Depok Jaya, Pancoran Mas membuka lounchingnya, yang kala itu diiringi lebatnya hujan alam sekitar. Aku hadir diantara para wakil-wakil dinas terkait, sesepuh budayawan Depok, rekan-rekan seniman maupun tamu undangan lainnya. Ketika mentari mulai condong ke barat acara lounching dimulai walau mundur beberapa saat oleh kurang akrabnya alam saat itu.  Kesibukan panitia tertebus sudah, lounching pun berjalan seperti yang diinginkan bersama.  Di atas lahan seluas 3000 meter persegi kini berdiri sebuah sanggar di sekitar kolam-kolam ikan dan suburnya pepohonan bambu di sekelilingnya. Nyaman dan strategis tempat itu, dan cocok sebagai wadah untuk berkreatifitas berbagai kegiatan seni maupun kegiatan positif lainnya, yang berguna bagi masyarakat sekitar sanggar.  
      Sejak itu  aku hadir di antara rekan-rekan seniman lainnya. Sebagai anggota sekaligus pendatang baru di sanggar Gedek maupun di wilayah Depok tentunya unggah ungguh aku lakukan sebagaimana layaknya orang jawa yang bertamu di kediaman orang lain , berusaha  menyesuaikan diri, mencari dan mengetahui segala apa yang ada maupun terjadi dalam wadah tersebut. Tak ubahnya aku bagai orang buta yang sedang memasuki sebuah ruangan atau tempat baru, yang masih asing bagiku. Layaknya orang buta hanya mengandalkan indera pendengar, peraba dan naluri dalam mencari sebuah bentuk kehidupan baru alam sekitar.
     Ruang begitu besar, tentunya gelap bagiku dan terang bagi mereka yang sudah lama berpijak, berkehidupan hingga bergaul sesama mereka. Berjalan perlahan tanpa tongkat petunjuk arah. Hanya dengan kedua belah tangan kujulurkan, dan kedua kakiku melangkah, tapi hati ini cuma kuat mendorong kemana aku kan melangkahkan kaki-kaki yang mulai renta oleh usia. Kehendak sebagai seorang seniman memberiku keyakinan akan eksistensiku di tempat yang baru ini. Aku tetap harus berjuang dengan segala kekuatan, keyakinan dan konsep yang ada dan sudah ada dalam kehidupan sebelumnya, dalam pengalaman-pengalaman selama hidupku berkecimpung dalam kehidupan sanggar di berbagai tempat maupun di berbagai bidang kesenian. Pengalaman sejak tahun 1975 dengan berbagai kehidupan seniman maupun budayawan kroco, menengah  hingga yang kini telah memiliki nama dan kehidupan yang lebih baik. Dengan pengalaman tersebut membuatku merasa tegar dimanapun aku berada, memberiku sebuah bentuk naluri yang jelas dalam berkonsep untuk berkesenian.
       Ketika aku melakukan observasi dalam pengenalan lingkungan, tanganku membentur sebuah benda. Aku raba benda itu  oooohhhhh berbentuk bulat seperti layaknya sebuah bola,  cukup besar bola itu dan terbuat dari bahan plastik, namun karena aku hanya orang buta akupun tak tahu apa warna bola tersebut.  Pikirku, mungkin berwarna merah, mungkin hijau, biru, putih bahkan mungkin bola itu berwarna loreng atau belang-belang dengan aneka warna. Sejenak aku terdiam dan tetap meraba-raba bola itu (anggap aja sedang meraba tubuh wanita cantik yang mulus ), tak lama kutemukan sebuah luka goresan pada salah satu bagian bola itu.
        Diantara sibuknya teman-teman aku berguman dan berusaha mencari tahu  kenapa bola itu tergores dan sobek ?      Bola itu sobek kemarin dipakai anak-anak main bola   mas ! kayanya kena duri deh  teriak teman yang ada di ujung sana,    bohong  mas ! bukan kena duri tapi kena paku dipagar seminggu yang lalu..... teriak teman yang lain. akupun masih meraba luka goresan pada bola itu, keesokan harinya, seorang teman membisikkan di telinga kiriku perlahan ... mas  bola itu sobek ada yang sengaja dengan cutter, oohh gitu ya jawabku, kemudian di telinga kananku berbisik lebih lirih lagi ...... mas ! itukan sobek gara-gara dipakai buat rebutan !  oh ya jawabku, orang itupun pergi entah kemana. Aneka jawaban yang aku terima tentang sobeknya bola itu saling berbeda dan selalu berbeda pada waktu yang berlainan, akupun tetap meraba-raba sobekan pada bola itu,  wow mana yang benar, dan mana yang harus kupercaya dengan jawaban teman-teman tersebut.?  . Kalau aku dapat melihat seperti kalian semua, tentunya akan mudah aku mengatasi sobekan itu,  aku tambal saja pakai solasi, atau pakai lakband atau apa saja yang penting tertutup kembali......... beres kan !.
       Aku tak tahu kemana aku harus mencari bahan-bahan untuk menutup luka goresan tersebut, bila aku tak buta mudah bagiku pergi ke warung atau toko terdekat membeli solasi atau lakban guna menutupnya. Tapi aku tak melihat apalagi mengenal daerah tersebut dengan baik, dimana aku bisa membeli bahan tersebut, dan dimana aku bisa menemukan toko terdekat.  Aku mencoba bertanya,  ada tuh  di ujung jalan sana yang jual solasi, belum aku berjalan kudengar teman lain berkata, sebelah sana mas lebih dekat dan lebih lengkap tokonya,   udaaahhh  tar aja nunggu orang yang mau disuruh  sahut yang lain,  sementara ada juga yang bilang  daahhh  biarin aja sobek !  Ya Tuhan berilah aku kekuatan dan kesabaran serta keiklasan dalam menghadapi semua ini.  Aku berupaya mencari sesuatu untuk menutup goresan pada bola itu . 
      Dua bulan  aku berdiam diri, mendengar apa yang dapat aku dengar melalui indera telinga ini. Kuraba dan melangkah ke sana kemari untuk mengenal lebih dalam  ruangan mapun benda-benda yang ada di sekitar dan di dalam ruangan itu.  April 2010 kuawali dengan sebuah ide yang memang belum ada dalam ruang itu.  Kegiatan anak-anak memberiku langkah yang menyenangkan karena memang itu bagian hidupku yang telah aku lakukan sejak lama sebelum aku berada dalam ruang yang gelap itu. Semua kulakukan bukan hanya sekedar  bentuk seni itu sendiri, di lain sisi aku mengharap dapat menutupi luka sekaligus bola dapat dimanfaatkan dan dapat dipakai untuk bermain kembali. Perjuangan memang sedang berjalan dan dilaksanakan , namun kulihat belum adanya koordinasi yang sebenarnya terjadi dengan baik dalam sebuah organisasi apalagi dalam wadah yang disebut sanggar.
       Bulan Mei kan berakhir bersama persiapan-persiapan sebuah acara untuk kota Depok, nada-nada sumbang terdengar diantara kedua anak telinga yang masih melekat di kiri kanan kepala ini, sementara penghayat sekaligus pelantum nada tak merasakan  atau tidak mendengar bahwa nada yang dimainkan terdengar sumbang, mungkin adanya angin kencang menyelinap di antara pepohonan bambu sekitar sanggar, sehingga nada lenyap terbawa bayu yang berlalu dan entah kemana arahnya. Maka aku manfaatkan bambu-bambu itu agar bayu  bertiup terasa sejuk dan nyaman serta memberikan angin segar di ruangan yang mulai pengap itu.  Aku buta juga tak mengerti apa yang selalu terjadi dan apa yang sebenarnya sedang terjadi  dan kenapa musti terjadi dalam kebangkitan yang sedang berjalan ini.
     Bola itu hanya tergores sedikit, masih bisa di ditutup dengan dengan solasi maupun lakban, sehingga dapat dipakai bermain kembali oleh anak-anak di lapangan sana. Tak perlu lagi mempermasalahakan kenapa dan apa sebabnya bola itu sobek, dan oleh siapa. Biarkan mereka bermain dengan aktivitasnya, kita hanya bisa sebagai wasit dan hakim garis atau pelatih yang baik bagi mereka. Kasihan apabila mereka tidak dapat bermain bola lagi, dan hanya dapat menonton di tv hingga adzan subuh hanya untuk sebuah team idolanya berharap menang dalam dunia persepakbolaan. Sementara kita hanya turut mengantuk menjagokan team idola menang untuk sebuah taruhan yang kurang mendidik anak-anak. Padahal sanggar sangat amat membutuhkan orang-orang seperti kita yang kompeten dan telah diberi tanggung jawab dalam pengelolaan wadah tersebut.
      Luka itu masih mudah untuk di atasi bila kita mau dan mampunyai niat untuk menutupinya dan secara bersama dalam sebuah kesepakatan meneruskan perjuangan yang baru dimulai ini. Tidak ada kata terlambat bila memang ada niat kesungguhan dan keiklasan hati, duduk bersama secara manusia dewasa mencari jalan keluar terbaik untuk tetap tegarnya organisasi. Lupakan segala kesalahan dan kelemahan orang lain, tapi mengingat akan kelebihan yang dimiliki, dan memberikan peluang sebagai satu kesatuan team. Karena mencibir kelemahan seseorang memang lebih mudah daripada mengakui kelebihan orang tersebut, dan gengsi dalam sebuah kekalahan memang sulit untuk diucapkan. Untuk itu dibutuhkan kerendahan hati secara bersama dan merasa saling memiliki dan membutuhkan akan kelebihan orang lain dalam organisasi tersebut
      Jangan hanya kekerasan hati dan gengsi yang akan merubuhkan sebuah bangunan yang baru saja selesai dibangun dengan jerih payah team itu sendiri. Berjabat tangan secara gentle, merangkul dalam persaudaraan dan melupakan semua kesalahan atau kekurangan dalam team ini, kemudian bercermin bersama agar dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan diri sendiri. Kemudian secara iklas berjalan bersama mempertahankan apa yang sudah dimiliki sebagai modal dalam menjalankan program-program selanjutnya. Sehingga apa yang terdengar sebagai orang buta dalam ruangan ini tidak lagi melantumkan nada sumbang, tetapi menyanyikan nada-nada lirih yang merdu dan dinamis yang dapat memberiku semangat menuntun langkah kaki dalam kegelapan hingga tak terpantuk atau terjatuh dalam ruang nan gelap itu.
       Lihatlah di depan sana kreatifitas anak-anak Depok masih dibutuhkan untuk mengisi hari-hari esok, jangan tengok dibelakang kalau hanya akan menghambat perjalanan kita ini. Yang lalu sebagai pelajaran kita semua sebagai team agar dalam membuka lembaran baru ini tidak terpaku dengan apa yang disebut konsep mandeg. Memang diperlukan pemikiran yang terbuka, koordinasi yang baik sesama personil dalam setiap langkah-langkah yang dijalankan. Sebuah keyakinan dalam suatu niat baik dan keiklasan akan memberikan jalan terbaik dalam upaya pengelolaan sebuah wadah kreatifitas yang disebut sanggar.

            Marilah bersama-sama kita evaluasi diri dan mencatat apa yang telah kita lakukan selama ini. Kemudian kita lihat konsep yang telah disepakati dalam kebangkitan wadah kreatifitas ini. Kita bisa merinci kebenaran, kekurangan dan kesalahan selama ini sebagai bahan pertimbangan selanjutnya dalam menentukan arah bagaimana dan kemana akan kita bawa bahtera kehidupan ini. Sementara samudera luas dihadapan sana masih menyimpan gelombang bahkan badai yang dapat meluluh lantahkan benda di sekitarnya.
Kini, aku masih buta di tempat yang baru pertama aku pijakkan kaki dan bernaung dalam sebuah organisasi yang disebut sanggar, hanya sebuah konsep dan keyakinan yang memberiku semangat tuk tetap bertahan dan berkreatifitas, walau aku pun belum bisa melihat hasil yang sebenarnya. Waktu masih panjang bahkan lebih panjang dari apa yang telah kita lalui bersama, yang hanya dalam ruangan gelap dan pengap. Padahal mentari masih setia memberi seberkas sinarnya untuk menembus diantara terali-terali jendela dan pintu yang lama tak pernah dibuka. Sinar itu akan memberi kita kesegaran diantara semilir bayu yang menyelinap di sekitar pintu dan terali jendela. Agar ruang tak lagi gelap, dan pengap, agar kita bisa menghirup udara segar, dan merasakan hangatnya sinar mentari. AnugrahNYA jangan kita sia-siakan begitu saja, yang hanya membuat sesak dada kita sendiri. Manfaatkan semua itu sebagai rasa syukur dengan segala karuniaNYA.
Sebagai manusia dewasa yang telah dibekali pikiran, perasaan dan kemauan tentunya dapat menyalurkan semua itu dalam sebuah kebajikan, setidaknya kepada lingkungan dimana kita bernaung dan berkreasi. Membuktikan diri apa yang selama ini telah diberikan kepercayaan dan tanggung jawab dalam mengelola wadah dan organisasi di antara budaya yang ada dan telah hidup di sekitarnya. Langkah demi langkah, gerak gerik kita tak luput dari sorotan mereka, yang tajam dan tak mengenal lelah dalam berucap, terlebih bila nada-nada sumbang masih terdengar santer oleh indera pendengar mereka. Memang ironis, tak ubahnya bayi saat belajar merangkak dan terpeleset oleh ceceran susu dalam botol yang menggelinding tertendang si bayi. Maka sesuatu yang nikmat dan dibutuhkan dalam perkembangan itu dapat juga mencelakakan diri sendiri.
Bayu masih setia bertiup, air kolam pun beriak perlahan membuat segarnya suasana alam sekitar sanggar. Keheningan masih menyelimuti tatkala langkah-langkah gontai menuruni anak tangga yang semakin usang oleh waktu. Tiang-tiang pancang masih mampu bertahan menahan beban, menjaga dan melindungi dengan setia hanya untuk orang-orang seperti kita yang sedang dalam proses mencipta, berekpresi dan berkreatifitas. Untuk itu mari kita topang tiang-tiang pelindung kita itu agar semakin kuat oleh hempasan alam, dan kita akan merasa lebih nyaman dan aman dalam berkegiatan di dalamnya. Mengisi segala lini kosong dalam ruangan itu, memberi nuansa-nuansa segar dengan aneka warna keceriahan, yang dapat membangkitkan jiwa kita maupun anak-anak dalam mengembangkan bakat-bakat seni yang masih tersimpan di dalam diri mereka masing-masing.
Kita sadari usia ini yang semakin condong senja, tak pantas lagi bergelut dengan emosi, tapi bertempurlah dalam wadah prestasi, dan tak patut lagi berebut sesuap nasi, tapi berjuanglah dalam kesadaran dan keiklasan hati untuk memberi sepiring nasi demi mereka yang membutuhkan. Terlebih kita hidup dalam sebuah kelompok, tentunya akan semakin mudah melakukannya. Karena kelompok memiliki kekuatan tersendiri bila dapat berjalan bersama dalam satu tujuan, apalagi bila tujuan itu mulia, jalan pasti kan terbuka lebar, terang dan penuh ketenangan dalam kedamaian.
Sebagai orang buta tentunya hanya memiliki bayangan dan angan-angan, masih membutuhkan banyak bimbingan dan uluran tangan dalam melangkahkan kaki, terlebih di tempat baru yang masih asing bagiku. Aku Cuma ingin orang-orang di sekitarku memberikan arah yang sama dan tidak membingungkan hayalan ini dengan aneka hal-hal yang belum jelas bahkan tidak pasti kemana arah dan tujuan tersebut. Agar langkahku tak tersandung dan terpeleset walau oleh sebuah kerikil yang kecil, tapi dapat mengakibatkan fatal ketika aku terjatuh. Peganglah tanganku bersama-sama dan tunjukkan aku jalan yang terbaik. Marilah kita bersatu untuk menutupi goresan yang ada pada salah satu sisi bola tersebut. Kemudian kita bawa bola ke dalam lapangan yang ada, ajak anak-anak bermain kembali agar terpuaskan kegembiraan mereka, dan terolah raganya agar sehat wal afiat. Jangan biarkan lagi mereka hanya menonton idolanya bermain melalui kaca lebar dengan aneka perjudian yang tersembunyi di belakangnya. Tapi agar mereka juga dapat menirukan kelebihan idolanya, bahkan memiliki kelebihan lain dalam menendang, menggocek maupun berstrategi dalam bermain sepak bola walau saat ini hanya dengan sebuah bola dari bahan plastik yang tertambal solasi. Kita harus yakin suatu saat kita dapat memberikan sebuah bola yang baru dari kulit, agar lebih awet dan mereka lebih bersemangat, lebih pandai bermain bola karena hanya dengan bola plastik pun sudah bisa bermain. Tinggal menyesuaikan naluri, gerakan dan kaki dalam mengolah bola dengan bahan kulit tersebut. Insya Allah .... setidaknya dapat terbentuk sebuh team yang dapat dipertandingkan walau awalnya hanya dalam memperingati kemerdekaan RI di lingkup sekitarnya.
Ujian semester sedang berjalan, banyak yang harus dilakukan agar dapat lulus walau hanya dengan nilai rata-rata cukup, dan dapat melanjutkan semester berikutnya tanpa adanya nilai kredit yang harus ditempuh dengan her. Membaca, belajar dan bertanya apa yang belum kita kuasai materi-materi yang tersisa dalam ujian semester tersebut. Gelar yang pantas masih jauh untuk diraih dan dibanggakan karena ini baru awal sebuah langkah semester pertama. Strategi perlu disusun dengan baik terlebih sebuah organisasi sanggar sebagai wadah kreatifitas berbagai seni. Jangan terlelap tidur dan bermimpi indah di siang hari, tapi bangkitlah bersama cerahnya mentari pagi di ufuk timur sana, dan segarnya semilir bayu ketika halimun masih membasahi rerumputan hijau. (toto, 14 Juli 2010)
      
          

Minggu, 20 Juni 2010

LOMBA DAN PENTAS SENI SANGGAR GEDEK

LOMBA BACA PUISI, MEWARNAI DAN MELUKIS KOTA DEPOK DALAM RANGKA HARI LINGKUNGAN HIDUP 2010

           Sanggar GEDEK semenjak lounchingnya pada bulan pebruari 2010, menunjukkan eksistensinya sebagai wadah kreatifitasnya kepada kalayak ramai. Memberikan peluang bagi anak-anak khususnya, yang berkecimpung dan berbakat dalam bidang puisi dan melukis.  Selama dua hari pada tanggal 19 dan 20 Juni 2010 menyelenggarakan kegiatan lomba di sanggar yang memiliki luas 3000 meter persegi tersebut, tepatnya di Depok Jaya, Pancoran Mas.
            Diantara lomba disuguhkan kepada pengunjung aneka pentas, dari musik hingga goyang dangdut, yang menambah meriahnya suasana sekitar hingga malam hari. Tapi tidak meninggalkan apa yang telah menjadi konsepnya sebagai wadah kegiatan kreatifitas aneka bentuk seni dalam kehidupannya sebagai sanggar yang tak lepas dari lingkungan dimana ia lahir dan dibesarkan.
            Bertepatan dengan hari lingkungan hidup, mencoba memberikan apresiasi kepada anak-anak tentang pentingnya alam bagi lingkungan. Melalui lomba lukis anak-anak yang bertemakan lingkungan tersebut memberikan pandangan kepada mereka sejak dini, bahwa negeri tercinta Indonesia ini memiliki kekayaan alam yang tak terhingga, dan bermanfaat bagi kehidupan kini, esok dan nanti.
          Siang menjelang sore musik bergema sekitar kolam dan pepohonan bambu yang mengitari lokasi sanggar GEDEK, sebagai tempat diselenggarakannya lomba baca puisi, mewarnai dan melukis. Sabtu 19 Juni 2010 waktu diresmikannya acara lomba, yang diawali dengan lomba baca puisi tingkat umum, yang diikuti oleh anak-anak hingga dewasa. Sekitar 12 peserta lomba beraksi dan berakting di atas panggung berukuran 18 m2 tersebut, masing-masing membawakan dua buah puisi sebagai pilihannya yang tentunya telah disediakan oleh panitia dari hasil karya para budayawan terkemuka negeri ini, termasuk daintaranya karya Rendra, Ismail Marjuki, Afrizal Nur dan lain-lain.
           Peserta lomba baca puisi ternyata memang mereka yang memiliki dan telah terbiasa membaca sebuah puisi, keberanian anak-anak memang perlu untuk diacungkan jempol dalam membawakan puisi-puisi tersebut dengan aneka ekpresi dan kekuatan yang dimilikinya. Sebagai juri dalam lomba tersebut dihadirkan para budayawan Depok yang memang memiliki keahlian dalam hal puisi. Usai lomba para juri memberikan pandangan-pandangan sebagai apresiasi kepada bagi para peserta dan hadirin, tentang apa dan bagaimana membaca sebuah puisi secara benar dan baik, sehingga dapat dipergunakan sebagai modal dan bekal pada lomba-lomba selanjutnya 
          Sore itu udara sedikit mendung namun acara semakin bertambah meriah dengan adanya pentas seni. Tampilnya seorang ayah dengan kedua putrinya yang masih anak-anak membuat hadirin terbawa dalam haru dentingan gitar ketika mengiringi suara-suara merdu nan lantang fasih dalam bait-bait lagu balada kehidupan. Lagu-lagu balada ciptaan Agus sebagai ayah kedua gadis kecil tersebut, memberikan warna tersendiri dalam acara tersebut, aplus hadirin dengan tepuk tangan meriah saat lagu terakhir usai dilantumkan oleh keluarga itu. Dilanjutkan aksi musik gesek dari Joko, Bambu gesek sebagai hasil ciptaannya dimainkan dengan baik. Joko yang dikenal dengan panggilan Joker tersebut melantumkan irama-irama ekpresi jiwa yang telah menyatu dengan gesekan-gesekan nada dari alat musik dari bahan bambu tersebut. Joko membuat panggung bertambah meriah melalui gesekan-gesekan bak biola ataupun musik kecapi namun memiliki nada tersendiri, yang tentunya merupakan modal besar dikemudian hari sebagai kreatifitasnya selaku anak sanggar dengan hasil ciptaannya berbentuk alat musik dari bahan bambu. 
           Di sekitar arena lomba juga dipamerkan hasil karya anak-anak sanggar GEDEK, berupa kerajinan bambu dengan aneka bentuk menarik dan artistik yang baru ditekuni sejak awal bulan Juni 2010 ini.  Kerajinan bambu merupakan salah satu kegiatan di sanggar GEDEK guna memberikan wadah bagi mereka yang gemar berkecimpung dalam mengolah dan berekpresi dalam kreatifitas seni melalui bahan baku bambu. Juga dipamerkan karya-karya lukis anak-anak dari sanggar lukis GERTAK Bogor, sebagai bahan apresiasi bagi anak-anak peserta lomba lukis maupun masyarakat yang hadir dalam acara tersebut. Sebagai bahan acuhan selanjutnya dalam mengembangkan kegiatan melukis anak-anak di sanggar GEDEK, agar anak-anak lebih mengenal dan mengerti tentang seni lukis.
           Sore semakin redup, acara kian meriah dengan hadirnya organ tunggal dengan para penyanyi dangdutnya. Irama berubah mengiringi para pencinta suara dan pegoyang dangdut, panitia bersama tamu undangan hingga hadirin turut bergembira berjoget bersama tuk hilangkan lelah dan penat selama mempersiapkan acara tersebut. Dan kegembiraan itu berlangsung hingga malam hari. Keringat membasahi tubuh-tubuh mereka dan hanyut dalam kegembiraan antara persaudaraan dalam membangkitkan kreatifitas dan mengisi sanggar sebagai wadah kegiatan selanjutnya.
           Pagi-pagi panitia sibuk kembali seusai malam gembira, hari minggu itu akan berlangsung lomba mewarnai dan melukis bagi anak-anak tingkat TK dan SD se Kota Depok dan sekitarnya.  Sejak pukul sembilan anak-anak dan orang tua selaku pengantar dan pendamping peserta lomba hadir satu persatu dan memenuhi lokasi sanggar, untuk mendaftar ulang dan mendapatkan nomor peserta.  Tepat pukul 10.30 wib, lomba dimulai setelah mendapat penjelasan dari dewan juri tentang kriteria dan tema dalam lomba tersebut.  Lomba diikuti oleh sekitar 60 peserta dari TK hingga kelas enam SD. Lomba dibagi tiga kategori  Kelompok A untuk tingkat TK mewarnai gambar burung, yang merupakan salah satu satwa yang dilindungi oleh undang-undang, dan merupakan satwa asli Indonesia yang kini mulai jarang ditemui di lingkungan sekitar. Agar anak-anak mengenal bahwa satwa tersebut juga merupakan  bagian dari lingkungan hidup kita. Kelompok B untuk tingkat SD kelas 1 a/d 3, diberikan materi dengan gambar tentang lingkungan yang belum selesai, mereka berlomba dalam meneruskan gambar sesuai dengan kreatifitasnya, sehingga gambar menjadi sempurna dan memiliki nilai dalam arti lingkungan. Sedangkan kelompok C untuk tingkat SD kelas 4 s/d 6  mereka diberikan tema tentang lingkungan alam, baik alam pegunungan, alam pedesaan, alam hutan hingga alam laut yang memang merupakan kekayaan alam Indonesia yang memang dikenal oleh dunia.  Disini anak-anak dituntut untuk menangkap dan menggali ide maupun pengetahuannya tentang alam sekitar, yang kemudian disajikan dalam sebuah bentuk lukisan dengan aneka kelucuan, keluguan hingga keahlian anak dalam berekpresi diri secara bebas tanpa campur tangan pihak lain.
          Lomba mewarnai dan melukis anak-anak mendapat sambutan dan animo yang cukup menggembirakan sebagai awal kegiatan yang positif bagi anak-anak yang diselenggarakan oleh sanggar GEDEK sejak lounchingnya, guna menggali dan mengukur anak-anak wilayah Depok dalam kegiatan tersebut. Sehingga dapat memberikan apresiasi dan pengetahuan yang lebih baik di kemudian hari kepada anak-anak dalam kegiatan mewarnai dan melukis (menggambar). Peserta tidak hanya dari wilayah Depok saja akan tetapi juga dari wilayah Bogor.
             Sementara disisi lain pihak Dinas Pariwisata Kota Depok maupun pemda dan tokoh masyarakat di sekitarnya, mengharapkan kegiatan seperti ini merupakan kegiatan yang baik dan perlu untuk diteruskan dan dikembangkan lebih baik lagi dikemudian hari, mereka menyatakan dukungannya terhadap keberadaan sanggar GEDEK di Depok. Namun perlu juga sebagai perhatian dari panitia penyelenggara lomba tersebut, khususnya sambutan dari Ketua RW, " diharapkan  kegiatan semacam ini lebih dahulu melibatkan anak-anak di lingkungan sendiri, karena banyak potensi yang perlu mendapat perhatian maupun wadah bagi anak-anak berbakat dalam aneka kegiatan seni yang ada di wilayah Depok Jaya ini ". Anak-anak di lingkungan lokasi sanggar GEDEK perlu untuk dilibatkan dalam setiap kegiatan yang ada, agar mereka dapat berbuat lebih baik lagi di dalam sebuah wadah yang pantas sebagai tempat berekspresi, beraktivitas dan berkreatifitas seni dengan berbagai bimbingan dan petunjuk positif dari sanggar tersebut selaku wadah yang telah mendapat kepercayaan oleh masyarakat sebagai wadah penyaluran bakat aneka kegiatan bidang  budaya melalui berbagai kegiatan seni. Sehingga kegiatan tersebut tidak berhenti dan dapat diteruskan oleh mereka dikemudian hari, dan sanggar GEDEK tetap eksis dan diakui oleh masyarakat hingga nanti. 
           Lomba baca puisi dan menggambar yang diselenggarakan oleh Sanggar Gedek memang baru pertama kali sejak lounchingnya pada bulan Februari yang lalu. Dan sebagai awal pijakan kiranya cukup berhasil  dan sukses walau belum seperti yang diharapkan. Langkah masih panjang ke depan, dan jalan masih banyak yang harus di tempuh dengan berbagai rintangan yang ada dan yang akan ada. Rintangan tersebut dapat muncul setiap saat dalam kelahiran dan perjalanannya. Baik rintangan yang datangnya dari luar maupun yang hadir dari dalam sendiri. Untuk itu Sanggar Gedek harus banyak mawas diri dalam menjalankan  misi budayamya. Kritik-kritik yang datang merupakan modal dalam memperbaiki ketimpangan-ketimpangan yang ada. Dan selama triwulan pertama merupakan cobaan berat dalam mengisi kebangkitan selanjutnya.
          Sanggar Gedek kini merupakan kelanjutan sanggar gedek yang dulu dibawah kemudi saudara Hardiman. Saat ini wadah tersebut dipimpin oleh Eko, tentunya diharapkan akan lebih bervariasi dengan segala kegiatannya dalam memberi, menampung dan menyalurkan generasi penerus dalam berkesenian guna menambah warna budaya di wilayah Depok.  Keberadaan sanggar Gedek di Depok Jaya, Pancoran Mas merupakan barometer lingkungan sekitarnya dalam mengemban budaya,  Tanggung jawab sebagai wadah merupakan hal yang perlu untuk dipikirkan lebih lanjut, sehingga kegiatan yang ada tidak mandek dan berhenti ditempat. Tapi kegiatan-kegiatan tersebut justru semakin dikembangkan dan digali sesuai perkembangan yang ada.  Di sini diperlukan pendukung organisasi dari orang-orang yang profesional, yang mengerti dan mau berjuang demi kemajuan budaya sekitar. Keiklasan yang tinggi, bahkan pengorbanan dari orang-orang pendukungnya, yang menyadari akan awal kebangkitan sebuah sanggar yang baru merintis kembali dengan  segala keterbatasannya.
              Tempat yang begitu strategis dan luas serta amat memadai sebagai lokasi sebuah sanggar, tentunya merupakan sebuah modal yang baik dalam kebangkitan selanjutnya. Maka perlu di isi dengan sesuatu yang bermanfaat, kegiatan-kegiatan dari berbagai bidang dalam bentuk kesenian akan mengharumkan nama sanggar itu sendiri. Tentunya apabila diolah dan dikerjakan dengan benar dan terencana secara matang. Kepengurusan yang ada dalam organisasi tersebut akan mempengaruhi langkah-langkah selanjutnya, dan akan membawa baik buruknya nama wadah tersebut.  Setidaknya dalam menginjak triwulan kedua ini perlu mengadakan evaluasi dengan segala apa yang telah dilaksanakn selama ini,  Dengan evaluasi secara bersama  tentunya akan dapat memberikan pandangan selanjutnya arah dan tujuan sanggar dalam mengemban misi dan visi selanjutnya.
            Potensi-potensi yang ada dalam sanggar Gedek saat ini masih perlu polesan-polesan yang lembut dengan segala keiklasan hati, sehingga dapat mencapai apa yang diharapkan. Baik potensi teater, musik, lukis, kerajinan dan lain sebagainya perlu penanganan serius dalam manajemen yang profesional, terbuka dan berani berekperimen maupun berkreasi dengan sebuah tanggung jawab yang besar untuk kemajuan bersama. Tantangan sebagai wadah kreatifitas, apalagi GEDEK adalah Generasi Depok Kreatif  tentunya memiliki tanggung jawab sesuai nama yang dipakai dalam sanggar atau wadah tersebut. Tentunya sebagai warga atau berkecimpung di Depok berani berbuat kreatif tanpa terlebih dahulu memperhitungkan materi yang akan didapat, justru mengutamakan apa yang harus dilakukan dalam kreatifitas tersebut, berbuat untuk sebuah nama yaitu GEDEK.
              Lomba dan pentas seni dalam memperingati hari lingkungan hidup tahun 2010 di kota Depok oleh Sanggar Gedek tak lain sebagai pijakan kelompok seniman dalam organisasi tersebut dalam menentukan langkah selanjutnya. Berkumpulnya anak-anak dalam kegiatan lomba baca puisi dan menggambar merupakan sebuah momen yang baik dan sejarah dalam perjalanan terbentuknya sebuah sanggar di lingkunagn perumnas Depok tersebut. Di situ hadir budayawan senior maupun wakil pemerintah daerah yang berkaitan dengan kegiatan tersebut. Sebagai penghormatan sekaligus tantangan ke depan selanjutnya,  bukan sekedar kehadiran para tokoh, namun perjuangan dan momen awal tersbut dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para pengurus maupun pendukung sanggar GEDEK dalam menggali ide-ide, memperbaiki dan menyelenggarakan yang lebih baik lagi di hari-hari nanti.
              Kebersamaan tentunya diharapkan dalam penyelenggaraan sebuah kegiatan seni, terlebih untuk anak-anak yang sekaligus mayoritas didampingi oleh orang tua mereka dalam mengikuti lomba-lomba tersebut. Dapat dijadikan contoh dan panutan generasi pengganti juga para monitoring sang orang tua dalam menilai pelaksanaan kegiatan tersebut. Lomba, tentunya bukan sekedar mencari bakat-bakat yang ada pada anak-anak, namun yang lebih penting lagi kemana bakat-bakat tersebut disalurkan, agar nantinya mendapatkan wadah yang layak dan sesuai dalam perkembangan selanjutnya   Sanggar memang salah satu wadah tersebut, tentunya dapat memberikan informasi, dan menyalurkan apa yang telah menjadi potensi anak dalam keikut sertaannya untuk mengisi dan hadir dalam kegiatan lomba tersebut. Keterbatasan memang selalu ada dalam sebuah organisasi, terlebih sebuah sanggar yang baru berdiri dengan segala upaya kemandiriannya. Yang tentunya perlu diacungkan jempol dalam gebrakan pertama yang memberikan suguhan dalam cakupan kesenian setingkat kota Depok.
            Anginpun masih lembut menerpa dedaunan sekitar kolam ketika anak-anak beranjak pergi meninggalkan sanggar. Tawa, lugu dalam kemurnian seorang bocah semua tercermin dalam suara dan goresan aneka warna. Semua larut dalam suasana gembira, senja pun menghampiri dan menutup acara lomba anak-anak dalam berekpresi sebuah seni. ................................ kemana mereka kan berpijak ??? 

       


                    

Rabu, 21 April 2010

KERAJINAN BAMBU WONOGIRI


BAMBU, POTENSI HHBK DALAM MENDUKUNG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Hutan bukan hanya sekedar pnghasil kayu, namun masih banyak potensi yang dapat dikembangkan. Salah satu potensi yang kini sedang digalakkan adalah Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Potensi tersebut dapat berupa getah-getahan, minyak, gubal, serbuk, jasa lingkungan dan masih banyak potensi yang dapat mendukung perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. 
Bambu merupakan salah satu HHBK yang telah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan, seperti bahan bangunan, alat transportasi, peralatan rumah tangga, kerajinan hingga alat musik.


Indonesia dikenal memiliki banyak tumbuhan bambu, sekitar 124 jenis bambu tumbuh di alam Indonesia, namun yang banyak dikenal dan dibudidayakan oleh masyarakat baru sekitar 20 jenis bambu, seperti misal bambu duri, andong, ampel, tali, betung, kuning, wulung dan lain sebagainya. Dari bambu tersebut telah banyak dihasilkan barang-barang kerajinan baik berupa anyaman maupun dalam bentuk lain sebagai barang pakai hingga souvenir.
Dengan bahan bambu banyak masyarakat di pedesaan memiliki keterampilan sebagai pengrajin, baik secara perorangan maupun secara berkelompok, Dan kerajinan bambu Indonesia memang telah memasuki pasar ekspor ke berbagai negara dengan aneka bentuk menarik, yang merupakan hasil keterampilan masyarakat tersebut, baik secara tradisional maupun dengan peralatan modern dari produk pabrik.
Wonogiri, salah satu daerah penghasil kerajinan dari bahan bambu memiliki kelompok-kelompok pengrajin hasil binaan Proyek Pengembangan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Wiroko yang bekerjasama dengan FAO pada tahun 1981.  

Kerajinan bambu Wonogiri terdapat di Kecamatan Nguntoronadi (4 desa) dan Tirtomoyo (2 desa) dengan masing-masing desa beranggotakan sekitar 20 pengrajin dengan berbagai keahlian dalam hal membuat bentuk kerajinan. Dari kelompok-kelompok tersebut lahir bentuk-bentuk kerajinan yang banyak menarik perhatian, dan hal tersebut terbukti ketika mengikuti pameran dalam rangka peresmian Gedung Manggala Wanabakti Departemen Kehutanan pada tahun 1983 yang diresmikan oleh Presiden Soeharto. Salah satu bentuk yang menarik perhatian Ibu Tien adalah sebuah Tas, yang kemudian diserahkan oleh panitia sebagai souvenir, juga ibu-ibu menteri  yang hadir kala itu.
Sementara bentuk-bentuk seperti cangkir, ikat pinggang banyak menarik perhatian bapak-bapak baik sebagai benda pakai maupun hiasan atau souvenir.
Kehadiran kerajinan bambu dengan segala bentuknya telah menarik perhatian pengunjung di berbagai pameran yang diikuti, baik di arena Jakarta Fair, maupun di kota-kota lain seperti Solo, Yogyakarta dan sekitarnya. Pernah diikutkan pada acara Puncak Penghijauan Nasional di Wonogiri dan Kendari (Sulawesi Tenggara). Sejak saat itu banyak pesanan yang datang dari berbagai tempat, baik partai kecil maupun partai besar, baik sebagai benda pakai maupun benda souvenir dalam acara pesta pernikahan. Dan pemasaran kerajinan bambu tersebut menghiasi Pusat Industri Kecil di Yogyakarta dan Dinas Perindustrian Solo  serta Wonogiri.
HHBK melalui potensi bambu kiranya dapat mendukung program pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan. Dengan adanya kerajinan bambu dapat memberikan penghasilan tambahan bagi kelompok pengrajin di Wonogiri yang pada umumnya memiliki pekerjaan pokok sebagai petani. Dan kerajinan bambu merupakan pekerjaan sampingan dikala senggang sepulang dari ladang atau sawahnya, namun memberikan penghasilan yang memadai dengan apa yang diperbuatnya dalam memanfaatkan bahan baku bambu yang memang banyak tumbuh di sekitar kehidupan para pengrajin tersebut.
 
Kegiatan kerajinan oleh masyarakat dengan bahan baku bambu merupakan salah satu solusi dalam mendukung program pemerintah melalui pemberdayaan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan guna meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan. Oleh karena itu perlu adanya dukungan dari para pihak terkait baik pemerintah daerah maupun pihak swasta. Sehingga kerajinan dari bahan bambu yang merupakan potensi HHBK dapat berjalan secara berkesinambungan, juga keberadaan bambu dapat dipertahankan guna mendukung para pengrajin dalam memproduksi barang-barang kerajinannya. Oleh karena bambu memberikan manfaat bagi mereka, tentunya diharapkan juga masyarakat di sekitarnya dapat memberikan partisipasi aktif dalam melestarikan jenis-jenis bambu sesuai dengan kemampuan bambu tersebut untuk berbagai jenis barang kerajinan.
Benda-benda kerajinan dari bahan bambu dapat berupa Kipas, yang banyak digemari oleh kaum wanita. Memiliki bentuk sederhana namun unik dengan hiasan-hiasan yang cantik, selain itu dapat dimanfaatkan sebagai hiasan dinding ruang tamu yang menarik. Kap lampu, selain dapat dipergunakan sebagai penerang ruangan juga sebagai hiasan, karena bentuknya unik dan menarik. Tas sekolah dalam setiap pameran paling banyak diminati pengunjung, selain aneh tas tersebut cocok untuk dipakai di berbagai tempat secara santai..Masih banyak lagi bentuk-bentuk menarik kerajinan bambu dari Wonogiri ini, seperti tkap lampu, tempat pinsil, tempat sikat/pasta gigi, tempat sisir, tempat tisue dan lain sebagainya. 

Bambu sebagai salah satu potensi HHBK kiranya dapat mendukung program pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan dan kesejahteraan apabila dikelola dengan baik dan serius. Kerajinan bambu di Wonogiri sebagai salah satu kegiatan yang dikelola oleh kelompok tani di sekitar sub DAS Wiroko DAS Solo.